Kemandirian kebutuhan remaja
Kemandirian sosial pada remaja ditandai dengan munculnya perubahan pada sikap
sosial dalam bentuk kemunduran minat pada masyarakat atau berupa kecenderuangan
untuk menyendiri. Remaja memiliki kecenderungan untuk meninggalkan minat sosial
pada orang-orang dewasa dan mengarahkan minat sosialnya pada teman sebayanya.
Maka, tidaklah mengherankan jika remaja sangatlah sulit untuk diajak berkumpul
dengan orang tua dan memilih bersama temannya. Masa ini disebut sebagai masa
antisosial atau masa negatif, dimana remaja cenderung menolak beberapa aturan,
norma yang berlaku secara umum dan menolak dominasi orang dewasa.
Sikap remaja yang cenderung antisosial ini bukanlah suatu bentuk ketidak tahuan mereka akan pentingnya bersosiallisasi, namun merupakan bentuk kesengajaan yang diarahkan dalam bentuk penentangan terhadap keinginan yang diharapkan oleh keluarga ataupun masyarakat. Munculnya sikap antisosial pada remaja merupakan bentuk pengaruh kerja kelenjar hormon dan perubahan fisik yang menunjukan perubahan yang pesat. Dari pola prilaku kanak-kanak, berubah kearah pola prilaku remaja dengan segala perubahan fisik lainnya misalnya, perubahan suara dan pertumbuha jerawat di wajah, turut mendukung sikap antisosial remaja.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja yang menunjukkan perkembangan besar dalam fisiknya menunjukan bentuk permasalahan tersendiri bagi remaja bersangkutan. Remaja yang dilihat dari sifiknya telah menunjukkan perubahan bentuk tubuh seperti orang dewasa, namun emosi jiwanya masih labil dan sifat kekanak-kanakkannya masih sering muncul. Misalnya, remja yang memiliki permintaan terhadap orang tuanya cenderung segera dipenuhi dan pantang ditolak. Keinginan ini merupakan sifat kekanakkakan-kan yang masih melekat. Padahal, remaja tidak mau lagi diperlakukan seperti anak-anak, namun kenyataannya pola pikirnya masih di dominasi oleh pemikiran anak-anak. Maka tidak heranlah, jika ada konfilk anatara orang tua dengan remaja.
Semakin bertambahnya pengalaman dan semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan pada diri ramaja, sikap antisosial tersebut perlahan-lahan mulai berkurang dan akhirnya dapat hilang sama sekali. Hal inilah yang disebut sebagai proses kematangan emosi sosial, dimana remaja berangsur-angsur menyadari perannya sebagai warga masyarakat yang merupakan bagian dari kelompok sosial yang merasa bergantung satu dengan lainnya. Timbulnya kematangan sosial pada remaja akan menumbuhkan kemandirian sosial, dimana remaja mulai mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Pada masa ini, remaja mulai berani dan mampu menanggung resiko atas perbuatan yang ia lakukan dan berani memikul tanggung jawab sosial.
Berkaitan dengan kemandirian ekonomi, pada umumnya tingkat kemandirian ekonomi dengan melakukan perkerjaan sesuai dengan kemampuan mereka sebagi remaja. Di daerah sentra industri, banyak remaja yang memilih berkerja untuk memperoleh uang dari pada melanjutkan sekolah. Di kota besar, remja mencari uang dengan berkerja dibidang bisnis pertunjukan (showbiz), ada yang sebagai model, penyayi, pemain sinetron, maupun berkerja paruh waktu dibidang pemasaran atau sebagai pramuniaga. Tentu saja penghasilan yang diperoleh remaja ini banyak dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang cenderung konsumtif atau untuk membeli bahan kebutuhan yang sifatnya sekunder, seperti alat make up dan pernak-pernik lainnya.
Oleh sebab itu, remaja dituntut untuk memiliki sifat dasar untuk mencapai kemandirian ekonomi dalam bentuk upaya untuk dapat memenuhi kebutuhanya sendiri serta mengatur pengeluaran ekonomi secara mandiri. Prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi yang perlu dimiliki oleh remja, antra lain,
1. Bersikap hemat dalam membelanjakan uangnya;
2. Gemar menabung;
3. Tidak suka pamer;
4. Berpenampilan wajar serta cenderung sederhana;
5. Tidak berlebih-lebihan dalam memakai fasilitas materi dari orang tua
6. Suka berkerja keras;
7. Mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumtif;
8. Memperhatikan keberadaan orang lain yang hidupnya kurang beruntung, dan
9. Memiliki rasa belas kasih dengan sesama
http://www.smkn1-rotabayat.sch.id
Sikap remaja yang cenderung antisosial ini bukanlah suatu bentuk ketidak tahuan mereka akan pentingnya bersosiallisasi, namun merupakan bentuk kesengajaan yang diarahkan dalam bentuk penentangan terhadap keinginan yang diharapkan oleh keluarga ataupun masyarakat. Munculnya sikap antisosial pada remaja merupakan bentuk pengaruh kerja kelenjar hormon dan perubahan fisik yang menunjukan perubahan yang pesat. Dari pola prilaku kanak-kanak, berubah kearah pola prilaku remaja dengan segala perubahan fisik lainnya misalnya, perubahan suara dan pertumbuha jerawat di wajah, turut mendukung sikap antisosial remaja.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja yang menunjukkan perkembangan besar dalam fisiknya menunjukan bentuk permasalahan tersendiri bagi remaja bersangkutan. Remaja yang dilihat dari sifiknya telah menunjukkan perubahan bentuk tubuh seperti orang dewasa, namun emosi jiwanya masih labil dan sifat kekanak-kanakkannya masih sering muncul. Misalnya, remja yang memiliki permintaan terhadap orang tuanya cenderung segera dipenuhi dan pantang ditolak. Keinginan ini merupakan sifat kekanakkakan-kan yang masih melekat. Padahal, remaja tidak mau lagi diperlakukan seperti anak-anak, namun kenyataannya pola pikirnya masih di dominasi oleh pemikiran anak-anak. Maka tidak heranlah, jika ada konfilk anatara orang tua dengan remaja.
Semakin bertambahnya pengalaman dan semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan pada diri ramaja, sikap antisosial tersebut perlahan-lahan mulai berkurang dan akhirnya dapat hilang sama sekali. Hal inilah yang disebut sebagai proses kematangan emosi sosial, dimana remaja berangsur-angsur menyadari perannya sebagai warga masyarakat yang merupakan bagian dari kelompok sosial yang merasa bergantung satu dengan lainnya. Timbulnya kematangan sosial pada remaja akan menumbuhkan kemandirian sosial, dimana remaja mulai mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Pada masa ini, remaja mulai berani dan mampu menanggung resiko atas perbuatan yang ia lakukan dan berani memikul tanggung jawab sosial.
Berkaitan dengan kemandirian ekonomi, pada umumnya tingkat kemandirian ekonomi dengan melakukan perkerjaan sesuai dengan kemampuan mereka sebagi remaja. Di daerah sentra industri, banyak remaja yang memilih berkerja untuk memperoleh uang dari pada melanjutkan sekolah. Di kota besar, remja mencari uang dengan berkerja dibidang bisnis pertunjukan (showbiz), ada yang sebagai model, penyayi, pemain sinetron, maupun berkerja paruh waktu dibidang pemasaran atau sebagai pramuniaga. Tentu saja penghasilan yang diperoleh remaja ini banyak dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang cenderung konsumtif atau untuk membeli bahan kebutuhan yang sifatnya sekunder, seperti alat make up dan pernak-pernik lainnya.
Oleh sebab itu, remaja dituntut untuk memiliki sifat dasar untuk mencapai kemandirian ekonomi dalam bentuk upaya untuk dapat memenuhi kebutuhanya sendiri serta mengatur pengeluaran ekonomi secara mandiri. Prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi yang perlu dimiliki oleh remja, antra lain,
1. Bersikap hemat dalam membelanjakan uangnya;
2. Gemar menabung;
3. Tidak suka pamer;
4. Berpenampilan wajar serta cenderung sederhana;
5. Tidak berlebih-lebihan dalam memakai fasilitas materi dari orang tua
6. Suka berkerja keras;
7. Mampu mengendalikan diri untuk tidak konsumtif;
8. Memperhatikan keberadaan orang lain yang hidupnya kurang beruntung, dan
9. Memiliki rasa belas kasih dengan sesama
http://www.smkn1-rotabayat.sch.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar