Kamis, 10 Mei 2012

Berfikir Positif

Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman. Berpikir positif sangat membantu seseorang untuk menikmati hidup dan menjalani kehidupan dengan langkah ringan dibandingkan dengan orangorang yang cenderung berpikir negatif mengenai berbagai hal dalam hidup ini. Berpikir positif adalah sebuah usaha untuk merubah sudut pandang agar tidak hanya melihat sisi negatif dari sebuah peristiwa, kejadian atau pengalaman.

Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk mencegah diri kita sendiri terjerumus dalam kesedihan, kesusahan atau persoalan yang sesungguhnya dapat diatasi. Kekuatan pikiran seringkali dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan. 

Remaja perlu mengembangkan kemampuan atau keterampilan berpikir positif untuk membantu dirinya sendiri menghadapi berbagai pengalaman dan peristiwa sehari-hari dalam kehidupan remaja. Berpikir positif juga berarti kritis melihat masalah.

Sebuah Kisah Nyata dalam Berpikir Positif


Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak lakilaki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapi, bersih dan teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak lakilaki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi danmenyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan
masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu denganpenuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:”Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang
akan saya katakan” Ibu itu kemudian menutup matanya.”Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejaksepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; “Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.”Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu dan kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”.Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut. “Sekarang bukalah mata ibu” Ibu itu membuka matanya “Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif”.Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya

http://www.smkn1-rotabayat.sch.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar