Berfikir Positif
Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman.
Berpikir positif sangat membantu seseorang untuk menikmati hidup dan
menjalani kehidupan dengan langkah ringan dibandingkan dengan
orangorang yang cenderung berpikir negatif mengenai berbagai hal dalam
hidup ini. Berpikir positif adalah sebuah usaha untuk merubah sudut
pandang agar tidak hanya melihat sisi negatif dari sebuah peristiwa,
kejadian atau pengalaman.
Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk mencegah diri kita sendiri terjerumus
dalam kesedihan, kesusahan atau persoalan yang sesungguhnya dapat
diatasi. Kekuatan pikiran seringkali dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai persoalan.
Remaja perlu mengembangkan
kemampuan atau keterampilan berpikir positif untuk membantu dirinya
sendiri menghadapi berbagai pengalaman dan peristiwa sehari-hari dalam
kehidupan remaja. Berpikir positif juga berarti kritis melihat masalah.
Ada seorang ibu rumah tangga
yang memiliki 4 anak lakilaki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan
dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak
selalu rapi, bersih dan teratur dan suami serta anak-anaknya
sangat menghargai pengabdiannya itu. Cuma ada satu masalah, ibu yg
pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa
meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di
atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal,
dengan 4 anak lakilaki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi
danmenyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan
masalahnya.
Setelah mendengarkan cerita sang ibu denganpenuh perhatian, Virginia
Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu:”Ibu harap tutup mata ibu
dan bayangkan apa yang
akan saya
katakan” Ibu itu kemudian menutup matanya.”Bayangkan rumah ibu yang
rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran,
tanpa jejaksepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup
mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak
senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Virginia Satir melanjutkan; “Itu
artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada
anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu
sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi”.Seketika muka ibu
itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung
isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa
yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.”Sekarang lihat kembali
karpet itu, ibu melihat jejak sepatu dan kotoran disana, artinya
suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada
bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu”.Ibu itu mulai
tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.
“Sekarang bukalah mata ibu” Ibu itu membuka matanya “Bagaimana, apakah
karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?”Ibu itu tersenyum
dan menggelengkan kepalanya. “Aku tahu maksud anda” ujar sang ibu, “Jika
kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif
dapat dilihat secara positif”.Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi
mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu
disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah
nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami
Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic
Programming). Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing,
yaitu bagaimana kita ‘membingkai ulang’ sudut pandang kita sehingga
sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya
dengan mengubah sudut pandangnya
http://www.smkn1-rotabayat.sch.id
http://www.smkn1-rotabayat.sch.id